13 tahun yang lalu...
Menurut temanku, aku termasuk anak yang pintar. Tetapi aku juga mempunyai banyak kekurangan dalam belajar. Khususnya pelajaran matematika. Aku selalu banyak bertanya kepada teman-temanku. Dan juga, temanku berkata (aku) harus mampu meningkatkan prestasiku dan (aku) juga tidak mau kalah dengan orang yang lebih besar dan sering mengataiku pendek dan kecil. Itu tidak hanya laki-laki yang berbicara begitu, tetapi hampir semua anak perempuan yang lebih tinggi dikelasku yang berkata begitu. Biasanya aku selalu mengalah, tetapi aku selalu kesal. Biasanya aku bilang, “Ya kalau kamu bilang aku pendek, itukan ciptaan Tuhan, berarti kamu mencaci ciptaan Tuhan dong!”
Ahh saya yang sangat polos dan menganggap ledekan gara-gara punya badan yang kecil itu adalah sesuatu yang sangat serius :').
Good newsnya.. Sampe sekarang pun teman-temanmu masih menganggapmu
begitu Put. Kamu pintar, tapi kamu ga seberuntung dulu. Dan siapa sangka ketika SMA
pelajaran Matematika malah jadi pelajaran favorit kamu dan kamu selalu mendapat
nilai bagus disana? Haha. Well, andai kamu tau, betapa ingin saya punya badan kecil kayak
dulu. Kamu liat badan saya sekarang, genduuutt! Eh engga sih, tapi berisi hahaha.
Udah lama saya ga pernah dipanggil kecil lagi. Sejak tamat SMA mungkin? Teman-teman
yang udah lama ga ketemu pasti pada pangling ngeliat drastisnya perubahan saya
hahah.
Setidaknya saya pernah kurus. Yeayy!! Note : Itu Agi, bukan cowok saya.
Saya ingin menjadi guru. Entah guru TK, SD, SLTP, atau lain lain. Setiap hari Minggu anak-anak tetangga sering bermain ke rumah saya. Karena saya yang memegang kunci madrasah di sebelah rumah, maka saya buka pintu madrasah dan saya mengajarkan mereka berbagai hal. Antara lain : menggambar, bahasa Inggris, keterampilan, menyanyi, matematika, pentas drama/teater, dan sebagainya. Anak-anak yang saya ajar berusia antara 4 sampai 9 tahun. Atau TK sampai kelas 4 SD.
Lalu kenapa saya terdampar dari dunia psikologi ke dunia kesehatan
lalu ke dunia perkomputeran padahal cita-cita saya adalah guru? Ahh, lucu ketika jalan
hidup kita ternyata berbeda dari apa yang pernah kita rencanakan. Maaf dik, saya
tidak bisa meneruskan harapan kamu T___T. Hidup ini ternyata tidak semudah itu.
Dan by the way, madrasah itu udah dihancurkan, udah rusak parah kena gempa
tahun 2007 lalu.
~ Biasanya saya amat kecewa jika saya gagal dalam suatu tes. Tetapi biasanya saya akan segera melupakannya. Lalu saya belajar lebih giat supaya dapat mencapai cita-cita. Saya berusaha belajar lebih giat dan lebih keras lagi. Apalah artinya kegagalan. Kegagalan itu merupakan kunci keberhasilan~ Jika dalam tes cawu/tes sumatif, kita harus rajin-rajin belajar dan membaca buku. Baik itu buku paket, buku catatan, buku PR, buku latihan, dan buku tunjangan. Lalu buku itu diulang-ulang. Supaya tidak repot, kita ringkas dahulu buku-buku itu sesuai mata pelajaran dan batas pelajarannya. Lalu catatan itu yang diulang-ulang~ Saya mempunyai tokoh idola yang amat saya kagumi. Beliau bernama Bung Karno. Dia sangat rajin, tekun, dan ulet. Beliau adalah presiden pertama Republik Indonesia. Indonesia itu merdeka karena dia. Sayang, Bung Karno sudah meninggal. Yang penting, Indonesia sudah merdeka.~ Saya akan belajar giat dan rajin mengulang-ulang. Saya ingin masuk SMU yang terbaik di Bukittinggi. Saya harus sukses dengan NEM tinggi. Tetapi kalo tidak bisa ya tidak apa-apa
Ah ambisi kamu.. Cita-cita kamu.. Tokoh idola kamu, saya
bahkan lupa bahwa dulunya pernah mengidolakan Bung Karno. Maaf, maafkan saya
Putri kecil. Saya ngecewain kamu. Ngecewain harapan yang pernah (dan sejujurnya
masih) ada di benak kita. Saya berharap bisa balik ke masa lalu dan memperbaiki
semuanya sebelum semua terlambat seperti ini. Kamu tahu, menjadi dewasa itu
sulit; ketika kamu sudah berani mengambil sebuah keputusan penting untuk tetap
tinggal atau pergi, ketika kamu harus memilih diantara sekian banyak pilihan,
dan keputusan yang saya ambil ternyata kebanyakan salahnya.
Dulu saya adalah Happy-go-lucky girl. Semua yang saya ingin
selalu tercapai tanpa perlu berusaha keras. Semuanya saya jalanin seperti air.
Tamat SD dan SMP dengan nilai seadanya dan tanpa perlu bersusah-susah saya masuk
ke SMA Negeri dan duduk di kelas internasional, tanpa bersusah-susah pun saya keluar dari sana dan masuk ke Universitas Andalas yang ternyata adalah 15 besar
Universitas se Indonesia. Dan kemudian saya mencampakkan Unand. Dan saya terdampar disini, dan keberuntungan perlahan seperti menghilang dari saya. Haha.
***
***
Anjir jadi galau. Miris ketika membaca impian kecil jaman
dahulu ketika keadaan lagi kayak gini hahaha.