I Knew I Were Crazy

Tepat tengah malam saya menghubungi dia...


Dia : "Halo?"
Saya : "Hai, ini aku..."
Dia : "Aku tau. Aku selalu tau suara kamu."
Saya : "Aku mau bilang selamat ulang tahun."
Dia : "Kenapa sekarang? Ulang tahunku masih lama."
Saya : "Karena ini akan menjadi terakhir kalinya aku menghubungi kamu."
Dia : "Kenapa? Apa kamu benci aku?"
Saya : "Ya, aku benci kamu."
Dia : "Dulu kamu tidak benci aku."
Saya : "Ya, dulu aku tidak benci kamu. Tapi aku terus berusaha, dan sekarang aku sudah benci kamu."
Dia : "Tapi kenapa?"
Saya : "Semua hal selalu mengingatkan aku pada kamu. Aku berusaha melupakan kamu, aku berusaha membuka hatiku untuk orang lain, aku berusaha menyayangi orang lain dengan tulus. Tapi semakin aku berusaha, aku semakin nggak bisa. Semuanya karena kamu. Itu alasannya."
Dia : "Kalau sekarang kamu sudah benci aku, kenapa telfon? Kenapa masih bilang selamat ulang tahun?"
Saya : "Seperti yang aku bilang tadi, karena ini terakhir kalinya aku menghubungi kamu."
Dia : "Tunggu dulu! Dan tentang pertanyaan yang dulu selalu kamu tanyakan itu? Tidakkah kamu ingin tahu jawabannya?"
Saya : "Sudah tidak perlu. Dulu aku memang pernah sangat ingin tau, tapi sekarang sudah tidak penting."
Dia : "Bahkan kalau aku bilang itu 'masih' kamu?"
Saya : "Cukup! Aku memang pernah menunggu kamu, dan aku memang pernah sangat mengharapkan kalau itu memang aku. Tapi ternyata mengharapkan sesuatu yang tidak ada timbal baliknya adalah hal yang tolol. Aku sudah belajar dari ketololanku, dan sekarang semua itu tidak akan pernah lagi aku tanyakan. Percuma saja kamu jawab karena semuanya akan sia-sia."
Dia : "Aku akan beritahu kamu!"
Saya : "Simpan saja, atau buang saja. Sudah tidak perlu. Sudah, jangan bicara lagi. Mulai saat ini, aku janji aku tidak akan pernah mengganggu hidup kamu lagi. Dan kamu jangan pernah hubungi aku lagi."


TUT TUT TUT...


Itu adalah terakhir kali saya 'menelfon' dia. Haha dan tentu saja itu hanya terjadi dalam mimpi. Tapi saya terus berharap semoga saya mempunyai ketegasan dalam bersikap dan keberanian dalam memutuskan sesuatu seperti 'saya' dalam mimpi itu. Saya tahu, dia (i mean 'dia' yang real), tidak pernah bermaksud seperti itu. Semua adalah balasan dari kebodohan dan keegoisan saya dulu, but i dont care. I just wanna say to him, "congratulation for making me like this", whoever and wherever you are.
Back to Top