Galau Itu...

Beberapa hari yang lalu saya chat dengan seorang teman, sebut saja namanya Atri (emang namanya itu -_-), teman saya itu mempermasalahkan status-status facebook saya yang kelihatan galau. Haha. Kurang lebih percakapan kami seperti ini :
Atri : Uni, kenapa sih status-statusnya galau gitu? Ntar orang mikirnya uni masi ngasi-ngasi kode dan ngarep..
Saya : Hah, gitu ya? Itu kan cuma terlintas gitu aja, no hard feeling ah. Permainan kata-kata doang makanya jadi terkesan drama..
Atri : Iya sih un, tapi tetep aja kan..

Malamnya ketika saya lagi bergosip dengan sepupu saya, pembicaraan jadi berubah topik ke ucapan terima  kasih di Kata Pengantar pada Tugas Akhir.
Saya : Dan momen yang paling jleb itu, ketika aku mengedit Kata Pengantar di Proposal TA untuk dijadiin Kata Pengantar TA, dan dengan berat hati 'harus' menghapus nama dia..

Lalu kemarin ditengah kesibukan saya menggunting dan mengelem kertas untuk pertunjukan robot di acara kampus, saya berbincang dengan Beni,
Beni : Kak Put, statusnya galau trus.. Jadilah kak Put, untuk apa galau.. Disini ada beberapa yang siap memberikan cintanya pada kak Put..
Saya : Err.. Gitu? Hahaha. Padahal aku kalo bikin status kadang pas lagi sama temen-temen, cuma status yang spontan kepikir aja -__-a
Beni : Ohh..

Kemudian saya jadi kepikiran ngetik post ini. Hehe

Hari ini, pas 4 minggu saya menyandang status sendirian alias single alias jomblo. Hmm saya bete kalo dibilang 'jomblo' gara-gara jokes macam : "Tidur mblo, udah malem. Ga ada yang ingetin ya? Jomblo sih..", dkk itu -_-. Sebelumnya saya jadian selama 2 tahun 7 bulan. Rekor terlama dalam sejarah perpacaran saya, hehe. Tadinya saya berpikir kalo hubungan ini akan bertahan lama karena deep inside my heart saya punya kepercayaan diri yang cukup besar bahwa saya adalah tipe orang yang sukses membawa hubungan untuk jangka panjang. Tapi ya kenyataan berkata lain, 2 tahun 7 bulan adalah waktu yang cukup lama untuk saling mengenal dan menyesuaikan, yang sayang semua itu harus berakhir pahit.

Lalu mulailah fase-fase galau, mulai dari update status, nulis notes, nulis blog (kebanyakan disimpan di draft), nangis seharian penuh, pokoknya keadaan saya begitu KACAU. #nowplaying Meggy Z- Sakit Gigi

Apa yang saya lakukan ketika putus cinta?

Belajar dari masa lalu, saya berusaha untuk meminimalisir tingkat kepayahan saya dalam move on yang sampe bertahun-tahun tidak bisa-bisa. Tapi ternyata sekuat apapun saya berusaha, tetap aja susah! Jujur, rasanya beraat banget. Beberapa hari pasca putus, saya terbangun dengan mata sembab karena kebanyakan menangis, bahkan dalam mimpi. Mengecek hp, seolah-olah akan ada sapaan hangat seperti biasanya, kemudian terpaksa menelan kecewa. Rasanya hari-hari ga akan lagi sama, ada sesuatu yang hilang.. Separuh jiwaku pergi hahaha *kemudian nyanyi Anang. Saya linglung ga jelas, kesana kemari ga ada tujuan, semuanya demi usaha untuk melupakan sakit hati saya dan supaya tidak menangis karena saya ini cengeng banget.

Berikut yang pernah saya lakukan ketika putus :
1. Masih berusaha menghubungi dia dan memberitahu dengan kode bahwa saya masih sayang dia
2. Menegaskan pada dunia bahwa dia adalah mantan saya dengan ngeadd teman-temannya dan menanyakan kabarnya
3. Menghapus semua foto-foto saya dan dia, semua percakapan yang masih tersisa di jejaring sosial, dan menyembunyikan dari pandangan saya benda-benda yang pernah diberikan olehnya
4. Potong rambut sependek mungkin.

Dan ternyata cara seperti itu salah banget, karena bukannya ngelupain yang ada saya malah semakin galau karena semua tentangnya mendadak hilang, haha. Kemudian saya mencoba cara berikut:
1. Tidak terburu-buru menghilangkan memori tentang dia. Percakapan-percakapan, sms-sms, foto-foto, semuanya saya sembunyikan dalam satu folder. Foto-foto yang terpajang di kamar masih ada beberapa yang belum saya lepas, bahkan password beberapa gadget dan akun saya masih menggunakan nama atau tanggal jadian, haha.Selow lah, tidak semuanya harus dilakukan dengan instan.
2. Berusaha menikmati perubahan dengan tidak mendadak menghilang walaupun sebenarnya rasanya sakit
3. Menyibukkan diri dengan kegiatan kampus, untungnya saya bergabung di BEM dan sibuk-sibuknya menyiapkan acara dies natalis kampus
4. Ini mungkin agak aneh, ketika saya mulai begitu kangen dengan kebiasaan yang mulai hilang, saya mengetik sms dan mengirimkannya ke nomor dia yang sudah tidak aktif lagi. At least rasanya agak lega.

Dua minggu pertama saya berhasil melewatinya. Saya bahkan kaget dengan kemajuan saya, ini sungguh diluar harapan. Saya berhasil menghilangkan sakit hati dan bahkan memaafkan dengan tulus. Saya mulai menata hidup kembali dan toh saya masih gemuk2 dan happy-happy  saja hahaha. Tapi kemudian saya rasa ini tidak wajar, masa sih saya secepat ini bisa ikhlas, menerima, melupakan, dan memaafkan masalah ini?

Ketakutan saya menjadi nyata beberapa hari yang lalu. Saya tidak tahu apakah ini faktor PMS atau bukan. Saya jadi mendadak memikirkan dia, dan diri saya sendiri. Saya jadi ga habis pikir dengan saya beberapa minggu yang lalu, yang menerima tanpa ada perlawanan dan dendam, saya jadi punya teori bahwa kemarin-kemarin itu saya sibuk nyembuhin luka di hati saya, pas luka itu perlahan-lahan mulai sembuh, baru muncul sakit hati -__-a. Lalu saya bilang sama Fitri, "Kenapa ya aku 'dapet'nya baru sekarang, kenapa ga kemarin-kemarin aja sehingga aku bisa ngedamprat dia dan maki-maki dia sehingga aku bisa puas dan ga ada rasa sakit lagi ya?", hehe. Fitri bilang, "Mungkin karena saat itu kamu lagi ngerasa gagal.."

Ah iya, saya mulai bisa mencerna. Ketika saya putus dengan seseorang, saya terlalu sibuk mencari kesalahan saya, saya begitu frustasinya karena saya gagal menjadi cewek yang baik untuk pacar saya, terlepas dari siapa yang mutusin siapa. Saya sibuk menyalahkan diri saya yang gagal, dan ketika saya mulai kehabisan alasan, akal sehat saya mulai muncul lagi dan akibatnya justru saya pengen teriak bilang betapa jahatnya dia.

Semoga ini cuma efek sementara lagi dapet, karena toh antara saya dan dia tetap baik-baik saja. Yang berperang itu cuma insidenya doang, hehe.

Oh iya sebenarnya kata-kata "Let it flow" itu bener juga loh. Jangan terpaku pada tips, lakukanlah sebisa kita kemana cerita kita mau dibawa. Dan kalo sampe saat ini saya masih menulis yang sedih-sedih dan bercerita tentang perasaan ataupun kenangan saya dengan 'dia', saya rasa itu wajar, mana mungkin sih kita bisa begitu mudah melupakan orang yang bersama kita bertahun-tahun hanya dalam hitungan hari? Atau apa saya doang yang kayak gitu. Tapi saya kan bukan tipe manusia instant yang begitu putus langsung cari yang baru, hehe.

Oh iya (lagi), saya tetap melakukan ritual saya. Potong rambut sependek mungkin, dan sekarang rambut saya pendek loh, ahahaha.
Back to Top