Grow Old With You

Tahun 2008. Jaman gue kos di Padang dulu, gue sharing kamar sama Kak Afni, waktu itu dia masi coass (sekarang udah dokter dan lagi ambil spesialis, how time flies~) dan saat itu udah pacaran dua atau tiga tahunan sama senior satu fakultas. Si senior ini orang yang sangat romantis dan suka menulis puisi, ah pokoknya sweet banget lah mereka, haha.

Suatu hari pas kak afni ultah, si senior ngasi kado berupa buku kumpulan puisinya tentang kak Afni dengan tulisan tangan dan sangat artistik. Ada puluhan (eh apa ratusan yah -__-a) puisi disana, puisi-puisi itu sangat romantis, namun puisi di halaman terakhir yang paling bikin gue melting, ditulis di kertas yang pinggirannya dibakar sehingga terkesan kuno. Puisi itu berjudul "Tua bersamamu".

Gue lupa persis isi puisinya, intinya tentang impian-impian si senior akan masa depan mereka. Yang bikin gue melting adalah kalimat penutupnya..
"Aku ingin tua bersamamu, Sayang.."

Kalimat yang simple, tapi nge-touch banget kan?

Gue rasa puisi ini terinspirasi dari Grow Old With You-nya Adam Sandler deh *penting*. By the way  in case lo nanya, sekarang mereka udah putus, si senior sendiri udah married dan punya anak. Kak Afni juga kalo ga salah udah punya tunangan -__-a.

Jadi kepikir, takdir, garis hidup, apapun itu, lucu juga ya? Ada masa ketika kita merasa begitu yakin sama seseorang dan percaya bahwa orang ini lah yang akan mendampingi kita, tua bersama kita, ternyata beberapa saat kemudian  orang itu berubah jadi seseorang yang 'asing'. 

Gue sendiri pernah beberapa kali mengalami fase jatuh dan putus cinta. Dan sebagaimana orang yang jatuh cinta, kita kadang terlalu menjanjikan sesuatu yang muluk, sesuatu yang..... yahh sedikit berlebihan, dan kemudian ketika putus cinta kata-kata yang pernah kita ucapkan dulu bakalan jadi bahan buat menyesali atau menggalau ria. 

"I love you forever.."
"In my mind is only you"
"Selesai kuliah, aku langsung nikahin kamu.."
"Aku cuma pengen nikahnya sama kamu.."
Dst.
Ehh tau-tau ujung-ujungnya putus juga dan si mantan malah udah pacaran/nikah lagi sama orang lain. Trus kemana kata "Love you forever" atau "only you" itu? 

Ini bukan ngomongin lo lo dan lo aja sih. Gue juga kok, hahah. Kadang malah diam-diam gue sering mengaminkan apa yang dikatakan, karena saat kita jatuh cinta, segalanya berasa mungkin dan ada jalan. Sebenarnya sih dari dulu gue pengen yang realistis, ga ada janji-janji muluk, tapi kalo dipikir-pikir lagi emangnya gue bisa apa ya masi bertahan ke satu orang tanpa ada 'janji' macam "aku sayangnya cuma sama kamu..", "aku ga bakalan selingkuh..", "aku maunya nikah sama kamu..", itu? Kalo gue ga bakal tahan lah ga ada komitmen kayak gitu, haha.

Hmm kemudian gue kepikiran, mungkin inilah salah satu alasan seseorang suka menjanjikan sesuatu pada pasangannya, masalah ditepatin apa ga, itu urusan belakangan. Karena dalam suatu hubungan, seseorang butuh semacam komitmen, semacam keyakinan, bahwa hubungan ini akan bertahan lama dan happily ever after. Ga jauh-jauh sih, maksud gue bukan komitmen bersifat 'serius' seperti langsung ngelamar ke orang tua dst itu loh, yaa komitmen yang ringan-ringan saja dulu. Janji-janji palsu yang syukur alhamdulillah kalo ditepati, hahaha *sarkas.

Kadang berharap juga saat yang 'tepat' itu cepat datang ke gue, dan dia mengucapkan dengan benar-benar serius;

"Aku ingin tua bersamamu, Sayang.."



Kita? Lo Aja Kali..

Lo pasti pernah dong ya secara tidak langsung membandingkan diri lo dengan orang yang lebih baik, misal dari segi kecantikan, kecerdasan, kekayaan, dan lain-lain sebagainya. Atau bukan membandingkan deh, tapi membayangkan kalo lo berada di posisi orang itu gimana dengan kalimat pengandaian, "Cobaa aja...". Bener kan?

Nah, tapi sadar ga lo bahwa terkadang lo menyeret orang lain dalam masalah banding-membanding ini? Dan kemudian lo memposisikannya senasib dengan lo. Dalam kasus ini, "orang lain" itu adalah yang lagi lo ajak ngobrol (bukan yang lagi lo obrolin).

Contoh kasus.
1. A : "Kenapa sih Bu Guru menunjuk si X yang nyanyi, mentang-mentang suara kita jelek ya.."
(ngomong ke si B yang selama ini merasa suaranya bagus)

2. A : "Dia mah wajar liburan kesana, kalo orang kayak kita mah.." (*meratapi nasib)
(ngomong ke si B yang selama ini merasa dia cukup mampu pergi liburan ke tempat yang sama)

3. A : "Kita ga dianggap ya.. Mentang-mentang kita jelek, ga dandan.."
(ngomong ke si B yang selama ini merasa dia tidak terlalu jelek untuk dilirik orang walaupun ga dandan)

4. A : "Kalo body kayak kita mah siapa yang mau.. Hahaha"
(ngomong ke si B yang merasa bodynya tidak terlalu gendut seperti A)

5. A : "Gila juga ya sepupu kamu.. Coba aja otak kita seencer dia.."
(ngomong ke si B yang merasa otaknya tidak terlalu bodoh dan lebih baik dari A)

6. A : "Dia sih enak kulit dia kuning, Kalo kita yang item gini mah..."
(ngomong ke si B yang merasa kulitnya tidak begitu hitam, at least sehitam A)

Dll.

Sadar ga bahwa lo berpotensi membuat lawan bicara lo jadi kepikiran, "Am I that bad?", "Am I that stupid? "Am I that bla bla bla?" dengan omongan berandai-andai lo atau kalimat menyesal-nyesali diri lo kenapa ga seperti orang yang lagi diomongin itu? Sadar ga lo, kadang si lawan bicara juga punya sisi kesombongan yang membuat dia tidak suka disamakan, atau dibandingkan dengan orang lain, apalagi dalam kasus kalo dia dibilang yang lebih "jelek" dari orang yang diomongin itu.

Uhm, ini sebenarnya kita lagi ngomongin gue sih. Hahaha

Contoh percakapan diatas sebagian besar pernah gue alami, dengan posisi gue sebagai si B. Gue tau kadang gue emang sedikit sombong dan ngerasa kalo gue emang lebih dari si A (ini si A-nya bukan satu orang tertentu loh) tapi tetep aja pada akhirnya gue bisa ngerespon "He eh, iya yah.." instead of "Kita? Lo aja kaleee.." kemudian diam-diam menyimpan sakit hati sama si A dan selanjutnya mulai melakukan survei dengan menanyai orang-orang random apakah gue emang seperti yang dikatakan si A. Ini normal bukan?

Gue ga begitu cantik, tapi ada kalanya gue merasa gue lebih cantik dari A
Gue ga begitu pintar, tapi ada kalanya gue merasa gue lebih pintar dari A
Gue ga begitu kaya, tapi ada kalanya gue merasa gue lebih kaya dari A
Gue ga begitu modis, tapi ada kalanya gue merasa gue lebih modis dari A
(Inget, A ini bukan merujuk ke satu orang)

Nah, biasa aja kan? Iya kan? IYA KAN?

Cincaah pernah bilang kalo kita udah deket sama orang, kadang secara ga sadar kita berpikir bahwa orang tersebut sama dengan kita. Istilahnya karena ngerasa udah nge-blend. Makanya ga heran kalo percakapan kayak contoh tersebut terjadi. Hmm, teori yang masuk akal.

By the way dua sahabat gue, Cincaah dan Culuun terkadang juga kayak gitu. Bedanya kalo sebelumnya gue berada di posisi korban yang kecil hati, disini gue berada di posisi korban yang besar kepala. Yaah mungkin karena alasan nge-blend itu membuat mereka ngerasa kalo gue sama pintarnya dengan mereka. Padahal, believe me, berada di antara mereka kadang membuat gue ngerasa nothing.

Contoh kasus.
1. A : Eh kamu ntar apply beasiswa X ke Univ Y di negara Z aja.. Gampanglah kalo kamu mah..
2. A : Kamu ga minat emang kerja di bidang IT? Bikin aplikasi-aplikasi itu kan jutaan harganya..
3. A : Kalo kamu ga mau ke luar negeri, kenapa ga sambung di UI aja ntar? Atau UGM?

I wish. Hahaha.

Gue tau sebenarnya gue mampu asal gue niat dan mau usaha. Tapi mungkin kalian lupa kadang gue mengalami krisis kepercayaan diri parah sejak hmmm katakanlah tahun 2008, eh apa 2009?. Sedih ya.. Gue ga pede ketemu teman-teman lama gue dan gue juga pelan-pelan menarik diri dari pergaulan baik dunia maya maupun nyata. Haha.

Sekarang gue kuliah di Bengkulu, Perguruan Tinggi Swasta. Gue yang milih itu karena deket dari ruko gue dan SPMB terakhir gue adalah tahun 2009, sementara saat itu udah 2010. Yaa kayak yang gue bilang di post yang dulu-dulu, gue udah menyia-nyiakan 2007, 2008, 2009 itu dengan pencarian passion gue sebenarnya dimana. Gue tau kampus ini bukan pilihan yang bagus, meski bukan pilihan yang buruk juga. Gue berusaha ngeblend dengan teman-teman sekelas gue. Gue berusaha mencintai kampus gue dan melibatkan diri dalam berbagai organisasi internal kampus. Tapi ternyata susah. Yeahh apa sih yang lo harapkan dari teman-teman lo yang kebanyakan ga niat kuliah dan pelajaran tingkat sangat dasar aja mereka susah mencerna entah karena ga memperhatikan atau karena emang pelajaran itu terasa sulit bagi mereka, sementara gue adalah mantan mahasiswi salah satu universitas negeri dengan jurusan yang passing gradenya cukup tinggi dan harus mengalahkan ribuan orang untuk mendapatkan salah satu kursinya. Gue tekankan yah, gue ga bilang semuanya, ada sebagian mahasiswa yang emang niat kuliah dan emang pinter juga kok di kampus ini.

Haha iya, gue sombong. Tapi gue rasa semua orang emang punya keinginan dasar untuk membuktikan diri kan? Toh ini blog gue, jadi gue bisa numpahin semua sampah di otak gue lah haha.

Aniway mungkin karena gue sombong ini gue jadi ditegur Tuhan. Di kampus gue terkenal pintar, tapi pintar aja kan ga cukup. Gue emang di cap pintar, tapi gue ga beruntung. Gue sangat cuek, which means kebanyakan dosen ga bakal kenal sama gue dan akibatnya, boamm... nilai-nilai gue yang gue haqqul yakin bakalan dapat A tau-tau dikasi B, dan yang nyeseknya lagi malah orang yang nyontek gue yang dapet A, dan yaah begitulah IPK gue tertinggi ke dua di angkatan, yang sampe sekarang sejujurnya gue ga bisa terima karena gue yakin gue lebih baik dari si nomer satu --> masi aja sombong, lol.

Ini kenapa jadi cerita kemana-mana? -__-
Back to topic.

*kemudian baru kepikiran paragraf sebelum-sebelumnya cukup relate kok sama pembahasan sebelumnya*

Gue sendiri jarang menggunakan kata "kita" kalo lagi ngebandingin sesuatu. Gue cenderung menggunakan "aku" karena yaah siapa tau si teman bicara ngerasa kalo keadaan dia ga sama kayak gue.

Contoh kasus.
1. Gue : "Eh si A bodynya hot banget, coba body aku kayak gitu.."
2. Gue : "Gilak dia bisa liburan ke Amerika. Coba aku sekaya itu.."
3.
4.
5.
.......sampe nomer 999999999999~~~

(Capek ngetik karena kalo gue jabarkan daftar iri gue ke orang rasanya bakal bertahun-tahun kemudian blog ini bakal gue post *lebay)

Udah ah. No idea mau ngetik apaan. Ngantuk. Bye :D

Jago Kandang

Sorry postingan ga jelas lagi karena hape kesayangan gue samsung galaxy fit yang gue beli dengan uang gue sendiri (penting) mulai ngehang lagi tiap direstart sehingga gue ga ada hiburan dan kemudian bergantung pada spidi di laptop yang jaringannya juga ilang timbul :'(((

Aniway di postingan ini gue bakal nyeritain beberapa kejadian yang berhubungan sama judul postingan gue.

Kejadian satu; Putri vs Polisi
Belakangan ini jalan-jalan sekitar kota dipenuhi polisi baru ganteng-ganteng dan brondong yang lagi magang. Mereka berdiri di tiap-tiap zebra cross dan menghentikan semua kendaraan yang lewat tiap ada orang yang nyebrang dari pagi sampe malam. Kadang-kadang mereka ditemani polisi yang senior juga. Ah cape ya jadi polisi, panas-panas ujan-ujan, bertugas di jalan raya. Kalo gue mah panas-panas mending ngadem di kamar, ahaha.

Ah langsung ke pokok cerita deh,
“Eh Dek, tau gak. Sejak setahun ini kakak punya motor sendiri, belom pernah loh kakak berurusan sama polisi. Kena razia kek, kena tilang kek, kena marah karena sesuatu kek..” --> sombong
“Iya kak?”
“Ya iyalah, kakak kan taat peraturan lalu lintas. SIM ada, STNK ada, spion dua, lampu idup trus..”

Ini dialog gue pas lagi di motor sama Dedek, sepupu gue. Kita baru balik steam motor dan gue lewat gang Kebun Geran yang pada hari biasanya kalo ada motor yang mau parkir di sekitar toko gue dipersilakan aja melawan arus karena kan kita jalannya di pinggir-pinggir jalan dimana pinggir jalan itu juga parkiran. Mudahnya liat gambar ini deh:
iye gambarnya busuk, maklum cuma pake paint (padahal emang ga bisa gambar)

Tapi reputasi itu tak bertahan lama. Entah kenapa tiba2 di sebelah toko gue ada polisi (bukan yang magang) berdiri di depan parkiran, kayaknya sih sambil ngawasin polisi-polisi muda yang lagi ngatur lalu lintas. Nah pas gue mau parkirin motor di depan toko, gue pelan-pelanin jalan menuju toko karena biasanya kalopun ada polisi mereka biarin aja. Tau-tau :
Polisi : Heh, mau kemana?
Gue : Mau parkir pak, di depan toko saya *nunjuk toko
Polisi : Kamu ini melanggar lalu lintas ya!

Anjrit. Gue deg-degan, jangan-jangan gue mau ditilang nih di depan toko gue sendiri -__-

Gue : Tapi ini toko saya pak, saya mau parkir depan toko aja.. *sok berani
Polisi : Kamu ini ngelawan ya sama polisi!
Gue : Saya ini mau naikin motor langsung ke teras! *udah salah masi nyolot
Polisi : Kamu ini melawan petugas, kamu bisa kena pasal bla bla bla
Gue : (memotong pembicaraan) Ya ya ya, saya parkir disini! *sambil parkir dan buka tutup jok motor dengan kasar.

Kemudian gue jalan ke toko ngomel-ngomel deket polisi itu. Hahaha ampun pak :’(

Err sebenarnya kalo kejadian itu bukan deket toko gue mana berani gue, liat polisi aja gue takut dan sebisa mungkin menghindar. Hmm kecuali polisi bank sebelah yang mukanya mirip artis ituu #ganjen #abaikan #DigetokPajri


Kejadian dua; Putri vs Cowok Lagi Makan Gorengan
Ceritanya lagi beli gorengan di simpang deket toko
Gue : Mbak, tahu udangnya lima yah..
Cowok lagi makan gorengan : Suka tahu udang ya dek?
Gue : (diem sambil nerima gorengan dan jalan pergi)
Cowok lagi makan gorengan : (suit-suit). Fiwuit. Namanya siapa dek? Adek.. Adek.. Sombong banget sih.. Fiww.. Ih belagu nian..
Gue : (berbalik) NAJIS LO!
Cowok lagi makan gorengan : ........................ *terdiam sementara temannya ngeledekin


Kejadian tiga; Putri vs Tukang Parkir
Lagi jalan menuju KFC di ujung jalan, lewat parkiran di pinggir jalan. Ga deket toko gue sih, tapi deket toko sodara gue. Tau-tau ada tukang parkir yang ganjen,
Tukang parkir : Hai cewek sendirian aja.. (decak2in lidah, apa sih istilahnya. Yang bunyi “klak klok” itu loh)
Gue : *diem
Tukang parkir : Mau kemana dek? Abang ikut ya..
Gue : *diem
Tukang parkir : *ngehalang-halangin jalan
Gue : WOI KANJI! INGEK KEK BINI KAU DIRUMAH! (translate : WOI GATEL! INGET SAMA BINI LU DIRUMAH!”

Kemudian tukang parkirnya speechless dan gue melanjutkan perjalanan dengan tenang. Sejak saat itu kalo gue lewat parkiran sana dia ga berani lagi negur gue, kalo kebetulan gue lagi jalan sama mama, gue selalu mendelik ngeliat dia. Wakakaka


Kejadian empat; Putri vs Pegawai Kaki Lima
Jadi 1 toko setelah toko gue ada kaki lima yang jualan jam. Bapak itu mempekerjakan seorang pegawai baru yang ga kenal gue.
Gue : (lagi lewat depan yang jualan jam)
Pegawai jam : Hai.. Adek.. Adek..
Gue langsung berenti di depan etalase dia dan bilang “APA? MAU APA?”

Kemudian jalan lagi ke toko.

Si pegawai baru pun jadi bahan tertawaan penjual kaki lima sekitar toko. Samar-samar gue dengar yang jual jepitan rambut berkata : “Rasain, itu kan anak bos toko sepatu..”

Rasain lu! Liat-liat kalo mau goda orang..


Kejadian Lima; Putri vs Supir Angkot
Jadi di simpang Kebun Geran ada angkot yang suka ngetem. Saat itu gue jalan dari parkiran yang gue bilang tukang parkirnya ganjen tadi bareng Rani, sepupu gue. Rani misah dan mau mesen mie dulu sementara gue jalan pulang. Setibanya di simpang, supir angkot yang lagi giliran muat penumpang ngegoda-godain gue dengan bahasa yang sangat norak dan gue mual nulisnya. Dia pikir gue bakal diem dan tetep jalan. Hohoho salah besar, karena saat itu gue langsung berhenti dan teriak (niatnya sih ga teriak, entah kenapa suara yang keluar jadi teriak) :

“APO SIH KAU! KEKANJIAN NIAN!” (translate : apaan sih lo! Kegatelan amat)

Kemudian si supir angkot langsung ngelawan : “Ya elah segitunya..”
Gue sambil nyebrang langsung ngebalas : “KENAPA EMANG? MASALAH??”
I dont care si supir mau ngumpat atau apa, yang penting gue puas marah-marahin dia di depan orang banyak. Ahahaha

By the way semua kejadian-kejadian itu berlangsung di sekitar toko gue. Iya, gue mana berani kalo jauh dari toko tapi sok berani gitu. Call me jago kandang, whatever. Hahaha

Mitos.. Itu Cuma Mitos..

“Kok makan sotonya digituin? Ntar lakinya banyak loh..”

Sontak gue menghentikan suapan soto gue. “Maksud tante?”

Malam itu kita baru balik dari Tarusan, Pesisir Selatan, setelah menghadiri nikah dan resepsinya abang gue yang paling tua, Ricko, dari rumah istrinya. Kita satu bus pariwisata mampir di kedai soto di daerah Padang Panjang. Gue satu meja dengan tante gue (adek nyokap), dan tante gue yang satu lagi (istri adek bokap). Saat itu nasi gue udah abis sehingga gue narok mangkok soto di piring nasi yang udah kosong itu biar hemat tempat (mejanya kecil banget sementara kalo gue tarok piring kosong di depan gue, gue pikir ga sopan karena tante gue lagi makan di depan gue).

“Yaa ga boleh dihimpit piring sama mangkoknya, ntar suaminya juga berhimpit”

“Berhimpit maksudnya?”

“Yaa lakinya ganti ganti. Kalo bukan karena meninggal, atau cerai..”

“Heuu, kok gitu? Alasannya apaan? Bukannya kalo ngeteh juga cangkir sama piringnya dihimpit?”

“Terserah sih mau percaya mau gak. Yaa coba aja dulu makan kayak gitu, sapa tau kan ga banyak lakinya..”

“Ih tante jahat banget doain aku punya laki banyak -___-“

Hmm gue ga percaya mitos sih. Tapi gue mungkin bisa sedikit ngambil maknanya, kalo yang gue lakukan itu mungkin kurang sopan buat orang tua -__-a, kayaknya gue perlu belajar sopan santun lagi deh. Ahaha.

Tapi diam-diam khawatir juga nih kalo mitos itu jadi beneran. Hiii amit-amit jabang bayi deh!

Lapor!

Finally! 
Setelah seharian ini berkutat dengan tugas mendesain sebuah web (oke ini lebay, padahal diselingi nonton, gosip, baca novel, tidur, makan, mandi, smsan -__-), akhirnya tugas buat nilai UAS gue selesai jugaaaaa :'))))
Dan ini hasilnya..
Well, jangan salahkan gue kalo tampilannya sederhana. Soalnya kan emang web sederhana, ahahaha. Headernya gue bikin pake flash, dan foto gue yang ke capture itu berupa slide show. Tinggal upload ke idhostinger tapi nunggu jaringan lancar dulu hueuehe.

Masih ada satu UAS lagi yang ngoding, kali ini matkul Kapita Selekta, bedanya yang ini pake PHP dan MySQL. Berasa lagi bikin TA aja deh -__-. Dan ngomong-ngomong TA, gue belum punya ide judul apa yang mau angkaaatttt huaaaaaa somebody help me dong???

*postingan ga penting. Ciao!

Penting Nih

Oke fix, gue emang norak dan kampung


*abis denger cerita ortu barusan tentang gue waktu kecil yang takut banget denger dan liat drum band. Apa-apaan -___-

Sip.. Sip.. Gosiipp

"Emang ya, dendam di masa kecil bakalan keinget terus sampe kita dewasa.."

Itu adalah sms gue beberapa minggu yang lalu ke Fajri, ketika gue satu angkot dengan dua orang tante-tante tetangga gue di kampung, hmm bukan tetangga sebelah rumah sih, tapi masih deketan lah.. FYI, tanggal 19 Desember sampe 03 Januari kemarin gue ada di kampung halaman gue dalam rangka nikahan abang gue yang paling tua. Hampir tiap hari gue keluyuran ke Bukittinggi dalam rangka "malapeh taragak" dan hampir tiap hari itu pula gue naik angkot dan ketemu dengan banyak tetangga. Tak jarang gue ataupun mereka berbasa-basi dan ngobrol-ngobrol ringan seperti "Ehh Puput, kapan pulang?", "Kerja dimana sekarang?", "Kapan nikah?", dll dan gue harus tersenyum dan menjawab dengan ramah semua basa-basi itu.

Sampai hari itu ketika gue seangkot dengan tante-tante yang gue ceritain di kalimat awal tadi. Mereka berdua duduk di depan bangku gue. Biasanya gue selalu menyapa orang yang kebetulan gue kenal, tapi tidak dengan mereka. Mendadak muka gue berubah masam dan pura-pura ga ngeliat mereka. Well, bukan mereka aja sih, tapi ke semua tante-tante yang pernah "terlibat" pasti muka gue keliatan banget kayak ngebenci mereka.

Kenapa? Ada dua cerita. Dan gue akan menceritakannya kepada kalian, dear pembaca *ngek

Dulu, sekitar tahun 2003an, gue lupa tepatnya yang jelas di tahun itu gue udah tingkat terakhir di SMP, masa lagi puber-pubernya dan mulai pacaran. Waktu itu pula gue lagi "nge-geng" dengan beberapa cewek-cewek sekitar rumah mulai dari kelas 1SMP-3SMP, bersamaan dengan itu di kampung sebelah (masih satu desa) juga ada geng cowok dengan kisaran usia kami juga. Mereka sering main-main disekitar kampung kami dan lama-lama jadi sering ngumpul bareng karena kebetulan kami semua kenal dengan mereka. Beberapa diantara mereka terlibat cinlok, termasuk gue dengan "ketua" geng mereka (baca postingan ini). Tapi jangan berpikiran macam-macam karena kami masih bocah SMP yang polos dan ga ngerti apa-apa waktu itu, jadi "pacaran" versi kami cuma sekedar status karena ga ada yang namanya sms-an dan telponan (pulsa mahal) ataupun kencan di malam minggu. Kalo ketemu paling cuma ngobrol ga penting dan jarang banget berdua-duaan. Begitu juga temen-temen cewek gue yang juga terlibat cinlok.

Kemudian entah siapa yang memulai tau-tau gue dan temen-temen gue digosipin yang nggak-nggak. Orang di kampung bilang kalo kami pacar-pacaran dan berdua-duaan sampe ga pergi tarawih (waktu itu bulan puasa). Dan seorang tetangga kami (dia adalah tante yang gue ceritain satu angkot dengan gue tadi) bilang kalo gue dan teman-teman gue sering ngejadiin rumah dia dan halaman belakang rumah kosong yang di depan rumah dia sebagai markas kami buat kumpul-kumpul atau berpacaran. Padahal satu-satunya hal yang pernah gue lakukan di rumah itu adalah ketika anak dari tante itu jualan baju dan gue ngeliat-liat bajunya, bukannya pacaran. What the f*ck! 

Lama-kelamaan gue ngerasa kalo semua orang diem-diem ngegosipin gue (dan teman2 gue tentunya) dan memandang gue dengan tatapan seolah-olah gue genit dan berdosa, diam-diam juga gue menyimpan kebencian pada tetangga-tetangga yang gue tau persis dia adalah penyebar gosip tersebut, bahkan sampai ketika gosip itu reda dan ga terbukti kebenarannya, dan si tante serta masyarakat kampung gue udah lupa dengan cerita itu, gue tetap menaruh kebencian sehingga semua hal basa-basi yang gue lakukan ke mereka adalah palsu. (mereka = ga semua orang di kampung gue).

Kemudian kejadian kedua, pada tahun 2004. Ketika itu gue baru masuk SMA dan ortu gue udah pindah ke Bengkulu sehingga gue tinggal dengan nenek dari pihak papa karena nenek gue itu tinggal sendirian. Gosip-gosip ketika gue SMP itu udah mereda dan dilupain orang ketika suatu hari tau-tau seorang teman gue yang bernama Wati (bukan nama sebenarnya) datang kerumah gue. Wati waktu itu kelas 3SMP dan juga tinggal bersama keluarga ayahnya karena orang tuanya pergi merantau. Gue inget banget saat Wati main kerumah dan bercerita tentang apa yang didengarnya dari tantenya.

Wati : "Put.. Gawat Put.. Kita kena gosip.."
Gue : "Gosip gimana?" *deg-degan karena perasaan ga pernah ngelakuin apa-apa
Wati : "Tadi Tante X (tante dia) marah-marahin aku, dia bilang aku dah masuk buku hitam.."

*Buku hitam = semacam SP. Kalo nama udah masuk buku hitam berarti punya perangai yang tercela dengan berbagai alasan. Nama kita akan tercoreng di mata masyarakat.

Wati : "Dan bukan aku aja, tapi kamu juga.. Si A, B, C, D juga.." (menyebutkan nama teman-teman geng di kampung)
Gue : "EMANGNYA KITA NGAPAIN????"
Wati : "Ada yang ngelapor ke kantor (maksudnya kantor desa), kalo nama-nama yang aku bilang tadi itu ketahuan nonton film porno bareng-bareng di rumah Uni Y bareng cowok-cowok juga.."

Uni Y ini tetangga gue, orangnya baik banget. Kita emang suka nongkrong disana, tapi gue sering main kesana karena Uni Y punya catokan dan gue hobi dicatok karena rambut gue yang ikal banget. Jadi ga ada motif lain-lain kayak nongkrong sama cowok dsb, CUMA emang kadang-kadang kebetulan ada cowok-cowok main kesana tapi bukan ke rumahnya Uni Y karena waktu itu Uni Y punya peternakan ayam disebelah rumahnya dan ada teman dari cowok-cowok itu yang kerja disana.

Dan film porno? Gue berani sumpah waktu itu gue belum pernah sekalipun ngeliat film porno, gue ga ngerti tentang hubungan antara pria dan wanita yang mengarah pada hubungan biologis (apaan sih hahaha). For your information, gue jujur-jujur aja nih, pengalaman pertama gue ngeliat film porno adalah ketika gue kuliah semester 1 dan gue dengan sukses melempar hp teman gue itu sampai jatuh ke lantai saking shocknya, dan itu ga cukup 10 detik. See? Gimana mungkin gue nonton film bermenit-menit atau berjam-jam ketika gue masi berumur katakanlah, 14 tahun? Sick!

Gue shock banget waktu itu. Pertama, gue dituduh nonton film porno yang pada waktu itu gue ga kebayang apa yang disajikan disana. Dan jangan lupa, bareng cowok-cowok. Hahaha. Kedua, nama gue masuk buku hitam yang berarti nama gue jadi tercemar.

Ga berapa lama kemudian ketika Wati udah pulang, gue langsung ke rumah Ani. Ani juga disebut Wati masuk buku hitam dan ikutan nonton. Ani ini adalah tipikal anak rumahan yang jarang keluar dan punya nenek yang sangat membela Ani, terang aja si Ani ini shock dan nangis-nangis kemudian ngelapor ke neneknya. Neneknya yang emosi besoknya langsung membawa kami semua (gue lupa berapa orang, yang jelas lebih dari 5 orang yang kena gosip, minus Wati) ke rumah Uni Y untuk meminta konfirmasi soal apa yang kami lakukan dirumahnya. Demi mendengar berita itu Uni Y kaget dan sangat kesal, jengkel, marah karena nama dia ikutan terseret, apalagi dibilang rumahnya adalah tempat kami berkumpul dan nonton film porno.

Setelah itu kami (yang kena gosip, minus Wati), nenek si Ani, dan Uni Y berencana ke rumah Tantenya Wati untuk menanyakan soal gosip tersebut. Dan tau apa yang terjadi?

TERNYATA TANTE X ITU CUMA NGEBAWA-BAWA NAMA KAMI BUAT NAKUTIN WATI KARENA WATI INI SUKA PULANG TELAT

Heran? Gini, gue jelasin lagi.
1. Nenek si Ani dan Uni Y menanyakan kebenaran gosip tersebut ke Tante X. Tante X langsung pura-pura bego dan gelagapan
2. Uni Y langsung ngoceh2 dan bilang kasian kami kena gosip yang enggak-enggak dan memaksa Tante X untuk memberitahu darimana dia mendengar gosip tersebut
3. Tante X malah ngalih-ngalihin pembicaraan dengan marah-marahin si Wati dan bilang kalo si Wati ini pemalas, suka telat pulang kerumah, bla bla bla
4. dsb sehingga sampai pada kesimpulan: Tante X ini mengarang-ngarang cerita tentang film porno dan buku hitam agar si Wati pulang tepat waktu dan ga hobi main keluar lagi. Tante X mencatut nama anak gadis yang ada di kampung gue secara random dan bilang kalo nama kami dan Wati udah masuk buku hitam gegara nonton video porno *plok plok plok hebat juga tante ini berimprovisasi.
5. Tante X tidak menyangka bualannya kepada Wati ternyata disampaikan Wati ke gue dan diteruskan ke anak-anak yang namanya disebut Tante X.

Sejak saat itu gue jadi jijik banget sama Tante X, padahal tante ini termasuk disegani di kampung. Dan tante itu sendiri sejak peristiwa itu jadi sedikit takut ngeliat gue karena mata gue keliatan banget bencinya ke dia. Pernah waktu SMA beberapa kali gue satu angkot dan dia pura-pura ga ngeliat ke gue karena gue  terus-terusan mandangin dia haha.

Aniway buat tante-tante yang gue ceritain di atas, gue yakin mereka udah pada lupa kejadian itu dan mereka mungkin nganggap kalo itu cuma bagian "sepele" dari perjalanan hidup mereka. Buktinya kalo ketemu sekarang mereka selalu berbasa-basi dengan ramah. Tapi gue ga bakal pernah lupa, ga tau entah sampe kapan gue bakal benci sementara kejadian itu udah lebih dari 10 tahun yang lalu hahaa..
Back to Top