Mencintai Kenangan

Apa sih kenangan itu?

Menurut gue, kenangan adalah ingatan yang tertinggal, sebuah mesin waktu dimana kita bisa menjelajahi masa lalu, sebuah senja yang tidak kunjung dijemput malam. Kenangan adalah sebuah lorong yang berujung pada satu hal : masa lalu. Pada umumnya kenangan akan mengarah ke seseorang. Kenangan adalah alasan untuk bertahan pada keyakinan mencinta maupun membenci, dan menurut gue, kenangan adalah alasan seseorang ga move on move on.

"Kayak kamuuuu... Iyaa kamuuu... :3" *Dodit SUCI4 mode : ON*

Ini kenapa gue jadi bahas kenangan yah..

Aniway, gue jadi inget twit gue semalem ke sahabat gue tentang "mencintai kenangan". Sahabat gue, Cul, adalah orang yang belum bisa move on dari seorang cowok inisial H selama dua tahun belakangan. Dia ngegalau di semua media sosial tentang cowok ini, sementara orang lain galau ngeliat keberhasilan Cul kuliah magister di dua negara di Eropa, hihihi. Kalo gue yang jadi cowok itu sih, idung gue udah kembang kempis kali disukain sedemikian rupa sama seorang cewek pinter, menarik, dan talkative. Entah mata H kemana, atau entah mata Cul yang kemana, ga ngeliat cowok lain yang lebih dari H, padahal dia lagi berada di surganya bule-bule keren dan pintar. Gue sih langsung napsu itu hahaha. Eh ini kenapa jadi bahas gue?

Most of Cul's tweet isinya adalah tentang H ini, dan tentang kegalauan dia ga bisa move on dan berusaha menata hatinya karena (kayaknya) cinta Cul bertepuk sebelah tangan. Iya, dia belum jadian, tapi si H pernah jadi semacam TTM-an dia, dan dari cerita Cul sih dulunya mereka udah kayak orang yang pacaran aja. Next, next, next, sampe terakhir kali gue telfonan sama Cul sebulanan lalu, Cul masi inget detil semua kenangan dia tentang H, mulai dari Alif sampe Ya, mulai dari A sampe Z. H yang begini begitu, H yang ini itu. Pada akhirnya gue jadi punya opini tentang kasus yang menimpa Cul (ceileh kasus).

"Apa mungkin sekarang ini sebenarnya kamu cuma mencintai kenangannya? Bukan orangnya.."

Gue ngomong gitu bukan tanpa alasan, gue juga pernah berada di posisi ga bisa (ga mau?) move on dari mantan gue, salah satu alasannya ya karena gue terlalu mencintai kenangan kita. Dua setengah tahun bersama bukan waktu yang singkat untuk ngelupain seseorang gitu aja. Dan bukan waktu yang singkat untuk membuat beberapa kenangan, ralat : banyak kenangan.

Dan bagaimana gue tahu kalo ternyata gue cuma mencintai kenangannya saja, bukan orangnya? Itu juga pertanyaan yang diajukan oleh Cul.

Nah. Beberapa bulan sampe dua tahun pasca putus dari mantan gue, kita sebut saja namanya X, gue masi berpikir kalo gue emang masi sayang banget sama dia, padahal posisinya gue udah beberapa kali pacaran lagi. Tapi tiap kali keinget semua tentang X gue langsung nangis (norak), ah gitu lah pokoknya. Kemudian perlahan-lahan gue semakin jarang nangisin dia, paling cuma sedikit menyesalkan tiap keinget dia dan momennya dan ngeliat hadiah-hadiah dari dia. Sampe beberapa tahun lalu terakhir kali gue memberanikan diri ketemu dia dan ternyata gue bisa bersikap biasa dan memperlakukannya dengan biasa pula. Pernah juga sekali dua kali gue kontak dengan dia, dan justru gue ngerasa kita semakin menjauh. Gue udah ga seantusias dulu tiap kita kontak. Gue heran kenapa bisa kayak gitu, dan kemudian gue menyimpulkan : Dia bukan lagi dia yang dulu. Dia bukan lagi orang yang tinggal di ingatan gue. Dia yang gue kenal bukan kayak gini. Gue cuma mencintai kenangannya, bukan orangnya lagi. Bukan ga mungkin ketika gue memutuskan sama-sama dengannya lagi, kita ga bakalan nyambung. Dia, dengan cara pikirnya sekarang. Dan gue, dengan cara pikir gue.

Awalnya gue masi berkeyakinan kalo dia bisa gue jadiin sahabat. Ralat, bukan dia aja, gue yakin semua mantan gue bisa dijadiin sahabat. Dulunya gue ga habis pikir kenapa sebaiknya orang memutuskan saling menjauh bahkan bersikap seolah ga kenal dengan mantannya, tapi sekarang gue nemu alasannya : 
1. Akan membandingkan diri dengan kekasih baru si mantan
2. Terjebak kenangan
Dan ujung-ujungnya ga move on.

Gue jadi setuju sama apa yang Atri bilang, pernah gue post disini. Nih gue capture:
 
Back to topic. Intinya adalah, orang yang mencintai kenangan itu cenderung maksain kehendaknya dia dan malah nyalahin keadaan kalo keadaan sekarang ga sesuai dengan apa yang dia pengen. Mereka menganggap masa lalu itu lah yang seharusnya menjadi masa depannya. Kemudian mereka terjebak disana. Mereka terlalu mencintai orang di masa lalu mereka padahal mungkin saja orang itu udah berubah jadi seseorang yang asing, mereka jadi ga ngeliat ada orang lain yang mungkin saja lebih baik dari orang di masa lalu tersebut. 

Padahal kan orang-orang datang dan pergi. Wajar kalo kita merasa kehilangan. Tapi jangan pula rasa itu membuat kita sibuk meratapi kenangan dan lupa membuka hati untuk orang yang mungkin mau memberikan pundaknya untuk kita. Kenangan kan bukan untuk diratapi.

"Kenangan itu hanya hantu di sudut pikir.." -Perahu Kertas

Ngomong-ngomong soal move on, gue pernah nulis postingan ini nyaris empat tahun yang lalu, disaat gue mulai perlahan-lahan menatap ke depan dan mencoba ngelupain masa lalu gue.

Yeah. People may change, but memories never do. :D

Mari Nge-hack!

Hari Minggu kemarin gue kuliah dengan dosen yang juga pakar IT di kepolisian (kalo ga salah). Si dosen (kita sebut aja Bapak P) memberikan materi sebagai kisi-kisi UTS minggu depan. Materi kuliahnya sebenarnya menarik, berkisar pada kasus penyadapan dan hacking, serta cara membaca sidik jari dan melihat kode yang terlindung dengan menggunakan stick forensik (kalo ga salah lagi :p).

Gue sangat menikmati materinya dan sesekali memuji kecerdasan Bapak P dalam hati ("Ini nih baru dosen!") sampai ketika dia mempraktikkan ngehack sebuah website. Bapak P membuka situs universitas H, melihat struktur organisasi universitas tersebut, lalu mematikan infocus dan 'mengetikkan sejumlah perintah' (infocus dimatiin supaya kita ga bisa liat cara Bapak P ngehack "karena ini sangat berbahaya!"), kemudian Bapak P menyalakan kembali infocus dan taraaaaaaaa struktur organisasi universitas H telah berganti rektornya dengan nama Bapak P. 

WOW, KEREN!!! (iya keren, tanda serunya aja ada tiga).

Gue mendengar decak kagum dan ketawa ngikik dari teman sekelas gue. Beberapa ada yang bertanya "Itu ke-save ga pak? Kalo kita akses sekarang gimana?", Bapak P bilang:
"Jangan di save lah.. Nanti kasian adminnya. Lagian kan nanti di cpanel itu ada data-data apa saja perubahan terakhir yang dilakukan.. Bla bla bla..".

Teman-teman gue mengangguk dan terkagum-kagum.

Kemudian Bapak P nge-close situs tersebut dan membuka facebook. Dia mengklik salah satu facebook dosen yang paling killer di kampus gue (kita sebut saja Ibu U), melihat page "about", dan kembali mematikan infocus. Ga sampe 2 menit Bapak P kembali menyalakan infocus dan taraaaaaaa, data pribadi Ibu U berubah, dari yang awalnya nomor hpnya dicantumkan, berganti menjadi "Rahasia Coyy". Teman sekelas gue kembali ketawa dan menggumam-gumam kagum.

Tapi gue nggak.

Gue mulai merasakan keanehan demi keanehan yang terjadi dan mulai menemukan pencerahan atas apa yang dikatakan "ngehack" oleh Bapak P:
1. Gue ga tahu ya berapa lama yang dibutuhkan seorang hacker untuk ngehack sebuah situs, tapi menurut gue untuk ukuran seorang hacker yang sangat profesional, ngehack situs sekelas situs universitas pasti membutuhkan waktu lebih dari 2 menit.
2. Kenapa ketika Bapak P nge-close halaman situs universitas H yang struktur organisasinya udah diganti itu ga muncul notifikasi semacam "Do you want to save the change?" atau apaa gitu? Okelah misal notifikasi itu bukan disana melainkan di halaman adminnya, masalahnya di browser Bapak P itu gue ga ngeliat adanya halaman admin atau cpanel di tab nya, which means, kalo emang perubahan itu dilakukan melalui cpanel berarti halaman situs itu kan udah ke-save karena udah di-close (RIBET JELASINNYA WKWKWK). Berdasarkan apa yang dilakukan Bapak P (ngeclose tanpa ada notifikasi), berarti halaman itu udah ke-save dong. Tapi Bapak P bilang belum (iya emang belum, karena........................ *nanti gue jelasin).
3. Ketika Bapak P ngehack facebook Ibu U dan mengganti nomor hpnya dengan kata "Rahasia Coyy", gue semakin ngerasa aneh.

Lihat gambar ini :
Ini dari facebook gue, gue nyoba ganti nomer hp dengan kata "Rahasia Coyy"

Kemudian gue save dan muncul notifikasi ini :

"The phone number is invalid"? 

Kenapa invalid? Ya iyalah, karena mobile phone itu kan tipe datanya berupa angka, jadi ketika kita masukkan huruf ya mana bisa. Gue juga udah nyoba masukin angka random, hasilnya masih invalid, ketika gue masukin angka berupa nomor hp (0822xxxxxx, 0853xxxxxx) data berhasil disimpan. Logikanya, angka yang random aja belum tentu bisa di save, apalagi data yang berupa huruf? Nah lohh..

Dan keanehan ke empat, ketika jam pelajaran berakhir Bapak P langsung ngeclose halaman facebook Ibu U dan mematikan laptop, (which means halamannya udah ke-save dong), tapi ketika gue mengakses facebook Ibu U, datanya masi sama seperti sebelumnya (nomor hape, bukan kata "Rahasia Coyy").

Kemudian gue sampe pada satu kesimpulan : Bapak P pura-puranya melakukan 'hacking' ketika infocus dimatiin, tapi sebenarnya yang dia lakukan adalah mengedit teks dengan menggunakan insp*c* el*m*nt.

Dengan cara yang sama, gue bisa ngeganti nomor hp di facebook random dengan tulisan "Rahasia Coyy"
Before :
Setelah gue 'hack':


Gue mau ngasi contoh ngeganti struktur organisasi yayasan gue tapi takut dituntut wkwkw, jadi gue contohin 'ngehack' blog sahabat gue aja ya.. *ampun cul*
Before :

After :
Tuh liat, jenis tulisan dsbnya sama kan, bukan photoshop loh inii..
By the way, in case lo mau ngunjungin blognya Nova, klik aja disini, kali aja lo butuh info dan motivasi kuliah di luar negeri. Hehehe.

Kemudian di akhir jam pelajaran, Bapak P menantang kami sekelas :
"Siapa yang bisa ngehack website, atau facebook aja deh yang agak mudah, akan saya kasi nilai A dan ga usah masuk lagi di mata kuliah saya, dan yang berhasil ngehack website akan saya kasi program #$@#$@ (lupa nama programnya), facebook/websitenya saya yang tentukan!".

Gue tersenyum diam-diam. Rasanya gue dan anak di kelas gue ga bakal ada yang mampu. Saat itu rasanya gue pengen protes atau bertanya dan nuntasin keingintahuan dan ketidakpuasan gue, tapi toh pada akhirnya gue cuma diam dan mendengar suara berisik teman-teman sekelas yang bilang mereka ga akan bisa.

Jujur, gue kecewa.

Tapi yah tetep aja, ini cuma asumsi gue dan gue udah berpikir negatif. Ahh mudah-mudahan apa yang gue pikirin ini salah dan Bapak P bener2 ngehack waktu itu. Mungkin suatu saat gue akan memberanikan diri bertanya kepada Bapak P dan membujuk2nya untuk menunjukkan garis besar cara ngehack suatu website :'). Dan mudah-mudahan Bapak P ga nyasar ke blog ini dan membaca keskeptisan gue terhadap beliau. Hehehe.

Love At First Sight

Do you believe in love at first sight?

Dua bulan lalu gue iseng ikutan kuis di twitter yang diadakan oleh sebuah akun kutipan novel bekerja sama dengan salah satu penerbit, 2 orang yang beruntung masing-masing mendapat 1 buah novel terjemahan berjudul The Last 2%. Cara ikutan kuis ini sederhana, kita twitpic pendapat kita tentang cinta pada pandangan pertama, apakah percaya atau tidak beserta alasannya, kemudian mention ke kedua akun tersebut dengan hashtag #PengenTL2P.

Apakah kamu percaya dengan cinta pada pandangan pertama?

Gue bingung. Sejujurnya gue ga percaya. Masa sih seseorang bisa merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama? Sejak puber sampe saat ini gue belum pernah tuh ketemu cowok trus langsung falling in love sama dia; jantung gue seakan berhenti berdetak, dan mata gue hanya berfokus ke dia, istilahnya gue merasakan 'zing' (abis nonton animasi Hotel Transylvania ceritanya, hahaha). Yang ada mah kemungkinan gue malah jatuh cinta pada fisiknya, dan itu bukan jatuh cinta juga namanya -___-, karena cinta itu kan dari hati, bukan dari mata.

Tapi kan istilah "dari mata turun ke hati?"

Ah berarti kan tetap aja itu dimulai dari ketertarikan fisik.

Lalu gue whatsapp Cincaah, penasihat pribadi merangkap sahabat tersayang selain Culuun yang lagi sibuk-sibuknya menimba ilmu. Gue bertanya pendapat cc dan hasilnya sama; dia juga ga percaya cinta pada pandangan pertama. Tapi cc adalah aktris dan penulis yang pintar, dia bisa memosisikan dirinya dalam satu kondisi, dalam hal ini kondisi cewek yang lagi dimabuk asmara hahaha. Kemudian kita sibuk merangkai kata sepuitis mungkin dan hasilnya kebanyakan klise semacam "Awalnya saya tidak percaya pada cinta pada pandangan pertama, tetapi blablablablabla sehingga akhirnya saya percaya.."

Beberapa menit berlalu, gue mulai nyerah dan bilang kayaknya gue twitpic pendapat gue ga percaya aja deh. Tapi cc berpendapat lain, katanya "Who cares kamu pribadi percaya apa ga, yang bakal menang tuh pasti yang kata-katanya menyentuh..". Wah iya juga ya, mana bisa kata-kata sarkastis dan pesimistis bakal menang. Kemudian gue mulai menyusun inti-inti dari beberapa pendapat yang udah kita susun tadi.

"Saya percaya.."
"Cinta itu adalah keajaiban.."
"Keajaiban tidak butuh alasan untuk hadir.."
"Keajaiban bisa hadir kapanpun.."
"Dalam hal ini, pandangan pertama.."

Gue merangkai sebuah pendapat yang gue simpulkan dari hasil diskusi klise kami, dan karena gue sucks dalam merangkai kata-kata puitis, cc merangkai kalimat itu dengan indah, hahah. Dan inilah yang gue twitpic ke akun itu :

"Aku percaya akan cinta pada pandangan pertama, karena sejatinya cinta itu adalah keajaiban. Bagai kejutan terindah, selalu hadir tanpa isyarat.. Haruskah kurangkai alasan hanya karena ia hadir pada pandangan yang pertama?"
Uuuuuu, so sweeetttttt *cubit pipi cc*.

Beberapa twit yang lumayan manis dan 'touchable' di RT oleh akun tersebut, dan tweet gue nggak. Gue jadi pesimis menang, bukan karena punya gue dan cc jelek, melainkan takut tweet gue ga keliatan dan tenggelam di antara tweet2 lain. Yasudah gue pasrah aja..

Besoknya, tau2 masuk mention dan DM yang bilang kalo gue menang. Yeaayyy!! Senang sekaliiii. Gue langsung ngabarin cc dan bilang kalo pendapat kita menang hahaha. Gue berhak atas satu novel The Last 2%, yeaayy! *kayak menang undian jutaan aja.

Setelah menunggu hampir satu setengah bulan karena katanya ada kesalahan teknis, akhirnya novel gue sampe juga..

Terima kasih Cincaah, terima kasih @ohkutipanbuku dan @penerbitharu. Hueheheh :D

Happy Birthday :D

*edited post*

Thank you untuk dua sahabat terbaik.. Lagi LDR-an nih kita, satu di Bukittinggi dan satu lagi di Belgia.. Lucu kan, Bengkulu, Bukittinggi, Belgia, sama-sama B gitu.. *apa sih
From Budapest with love, thank u cul^^

From Bukittinggi with love, thank u cc^^. click here untuk menuju postingannya

Terima kasih juga untuk teman-teman dan sodara-sodara yang udah ngucapin dan ngasi kado. Semoga di umur ini gue bisa semakin matang dan mulai bisa menghasilkan duit buat modal nikah dan naik haji ortu wakaka AMIN.




Grow Old With You

Tahun 2008. Jaman gue kos di Padang dulu, gue sharing kamar sama Kak Afni, waktu itu dia masi coass (sekarang udah dokter dan lagi ambil spesialis, how time flies~) dan saat itu udah pacaran dua atau tiga tahunan sama senior satu fakultas. Si senior ini orang yang sangat romantis dan suka menulis puisi, ah pokoknya sweet banget lah mereka, haha.

Suatu hari pas kak afni ultah, si senior ngasi kado berupa buku kumpulan puisinya tentang kak Afni dengan tulisan tangan dan sangat artistik. Ada puluhan (eh apa ratusan yah -__-a) puisi disana, puisi-puisi itu sangat romantis, namun puisi di halaman terakhir yang paling bikin gue melting, ditulis di kertas yang pinggirannya dibakar sehingga terkesan kuno. Puisi itu berjudul "Tua bersamamu".

Gue lupa persis isi puisinya, intinya tentang impian-impian si senior akan masa depan mereka. Yang bikin gue melting adalah kalimat penutupnya..
"Aku ingin tua bersamamu, Sayang.."

Kalimat yang simple, tapi nge-touch banget kan?

Gue rasa puisi ini terinspirasi dari Grow Old With You-nya Adam Sandler deh *penting*. By the way  in case lo nanya, sekarang mereka udah putus, si senior sendiri udah married dan punya anak. Kak Afni juga kalo ga salah udah punya tunangan -__-a.

Jadi kepikir, takdir, garis hidup, apapun itu, lucu juga ya? Ada masa ketika kita merasa begitu yakin sama seseorang dan percaya bahwa orang ini lah yang akan mendampingi kita, tua bersama kita, ternyata beberapa saat kemudian  orang itu berubah jadi seseorang yang 'asing'. 

Gue sendiri pernah beberapa kali mengalami fase jatuh dan putus cinta. Dan sebagaimana orang yang jatuh cinta, kita kadang terlalu menjanjikan sesuatu yang muluk, sesuatu yang..... yahh sedikit berlebihan, dan kemudian ketika putus cinta kata-kata yang pernah kita ucapkan dulu bakalan jadi bahan buat menyesali atau menggalau ria. 

"I love you forever.."
"In my mind is only you"
"Selesai kuliah, aku langsung nikahin kamu.."
"Aku cuma pengen nikahnya sama kamu.."
Dst.
Ehh tau-tau ujung-ujungnya putus juga dan si mantan malah udah pacaran/nikah lagi sama orang lain. Trus kemana kata "Love you forever" atau "only you" itu? 

Ini bukan ngomongin lo lo dan lo aja sih. Gue juga kok, hahah. Kadang malah diam-diam gue sering mengaminkan apa yang dikatakan, karena saat kita jatuh cinta, segalanya berasa mungkin dan ada jalan. Sebenarnya sih dari dulu gue pengen yang realistis, ga ada janji-janji muluk, tapi kalo dipikir-pikir lagi emangnya gue bisa apa ya masi bertahan ke satu orang tanpa ada 'janji' macam "aku sayangnya cuma sama kamu..", "aku ga bakalan selingkuh..", "aku maunya nikah sama kamu..", itu? Kalo gue ga bakal tahan lah ga ada komitmen kayak gitu, haha.

Hmm kemudian gue kepikiran, mungkin inilah salah satu alasan seseorang suka menjanjikan sesuatu pada pasangannya, masalah ditepatin apa ga, itu urusan belakangan. Karena dalam suatu hubungan, seseorang butuh semacam komitmen, semacam keyakinan, bahwa hubungan ini akan bertahan lama dan happily ever after. Ga jauh-jauh sih, maksud gue bukan komitmen bersifat 'serius' seperti langsung ngelamar ke orang tua dst itu loh, yaa komitmen yang ringan-ringan saja dulu. Janji-janji palsu yang syukur alhamdulillah kalo ditepati, hahaha *sarkas.

Kadang berharap juga saat yang 'tepat' itu cepat datang ke gue, dan dia mengucapkan dengan benar-benar serius;

"Aku ingin tua bersamamu, Sayang.."



Kita? Lo Aja Kali..

Lo pasti pernah dong ya secara tidak langsung membandingkan diri lo dengan orang yang lebih baik, misal dari segi kecantikan, kecerdasan, kekayaan, dan lain-lain sebagainya. Atau bukan membandingkan deh, tapi membayangkan kalo lo berada di posisi orang itu gimana dengan kalimat pengandaian, "Cobaa aja...". Bener kan?

Nah, tapi sadar ga lo bahwa terkadang lo menyeret orang lain dalam masalah banding-membanding ini? Dan kemudian lo memposisikannya senasib dengan lo. Dalam kasus ini, "orang lain" itu adalah yang lagi lo ajak ngobrol (bukan yang lagi lo obrolin).

Contoh kasus.
1. A : "Kenapa sih Bu Guru menunjuk si X yang nyanyi, mentang-mentang suara kita jelek ya.."
(ngomong ke si B yang selama ini merasa suaranya bagus)

2. A : "Dia mah wajar liburan kesana, kalo orang kayak kita mah.." (*meratapi nasib)
(ngomong ke si B yang selama ini merasa dia cukup mampu pergi liburan ke tempat yang sama)

3. A : "Kita ga dianggap ya.. Mentang-mentang kita jelek, ga dandan.."
(ngomong ke si B yang selama ini merasa dia tidak terlalu jelek untuk dilirik orang walaupun ga dandan)

4. A : "Kalo body kayak kita mah siapa yang mau.. Hahaha"
(ngomong ke si B yang merasa bodynya tidak terlalu gendut seperti A)

5. A : "Gila juga ya sepupu kamu.. Coba aja otak kita seencer dia.."
(ngomong ke si B yang merasa otaknya tidak terlalu bodoh dan lebih baik dari A)

6. A : "Dia sih enak kulit dia kuning, Kalo kita yang item gini mah..."
(ngomong ke si B yang merasa kulitnya tidak begitu hitam, at least sehitam A)

Dll.

Sadar ga bahwa lo berpotensi membuat lawan bicara lo jadi kepikiran, "Am I that bad?", "Am I that stupid? "Am I that bla bla bla?" dengan omongan berandai-andai lo atau kalimat menyesal-nyesali diri lo kenapa ga seperti orang yang lagi diomongin itu? Sadar ga lo, kadang si lawan bicara juga punya sisi kesombongan yang membuat dia tidak suka disamakan, atau dibandingkan dengan orang lain, apalagi dalam kasus kalo dia dibilang yang lebih "jelek" dari orang yang diomongin itu.

Uhm, ini sebenarnya kita lagi ngomongin gue sih. Hahaha

Contoh percakapan diatas sebagian besar pernah gue alami, dengan posisi gue sebagai si B. Gue tau kadang gue emang sedikit sombong dan ngerasa kalo gue emang lebih dari si A (ini si A-nya bukan satu orang tertentu loh) tapi tetep aja pada akhirnya gue bisa ngerespon "He eh, iya yah.." instead of "Kita? Lo aja kaleee.." kemudian diam-diam menyimpan sakit hati sama si A dan selanjutnya mulai melakukan survei dengan menanyai orang-orang random apakah gue emang seperti yang dikatakan si A. Ini normal bukan?

Gue ga begitu cantik, tapi ada kalanya gue merasa gue lebih cantik dari A
Gue ga begitu pintar, tapi ada kalanya gue merasa gue lebih pintar dari A
Gue ga begitu kaya, tapi ada kalanya gue merasa gue lebih kaya dari A
Gue ga begitu modis, tapi ada kalanya gue merasa gue lebih modis dari A
(Inget, A ini bukan merujuk ke satu orang)

Nah, biasa aja kan? Iya kan? IYA KAN?

Cincaah pernah bilang kalo kita udah deket sama orang, kadang secara ga sadar kita berpikir bahwa orang tersebut sama dengan kita. Istilahnya karena ngerasa udah nge-blend. Makanya ga heran kalo percakapan kayak contoh tersebut terjadi. Hmm, teori yang masuk akal.

By the way dua sahabat gue, Cincaah dan Culuun terkadang juga kayak gitu. Bedanya kalo sebelumnya gue berada di posisi korban yang kecil hati, disini gue berada di posisi korban yang besar kepala. Yaah mungkin karena alasan nge-blend itu membuat mereka ngerasa kalo gue sama pintarnya dengan mereka. Padahal, believe me, berada di antara mereka kadang membuat gue ngerasa nothing.

Contoh kasus.
1. A : Eh kamu ntar apply beasiswa X ke Univ Y di negara Z aja.. Gampanglah kalo kamu mah..
2. A : Kamu ga minat emang kerja di bidang IT? Bikin aplikasi-aplikasi itu kan jutaan harganya..
3. A : Kalo kamu ga mau ke luar negeri, kenapa ga sambung di UI aja ntar? Atau UGM?

I wish. Hahaha.

Gue tau sebenarnya gue mampu asal gue niat dan mau usaha. Tapi mungkin kalian lupa kadang gue mengalami krisis kepercayaan diri parah sejak hmmm katakanlah tahun 2008, eh apa 2009?. Sedih ya.. Gue ga pede ketemu teman-teman lama gue dan gue juga pelan-pelan menarik diri dari pergaulan baik dunia maya maupun nyata. Haha.

Sekarang gue kuliah di Bengkulu, Perguruan Tinggi Swasta. Gue yang milih itu karena deket dari ruko gue dan SPMB terakhir gue adalah tahun 2009, sementara saat itu udah 2010. Yaa kayak yang gue bilang di post yang dulu-dulu, gue udah menyia-nyiakan 2007, 2008, 2009 itu dengan pencarian passion gue sebenarnya dimana. Gue tau kampus ini bukan pilihan yang bagus, meski bukan pilihan yang buruk juga. Gue berusaha ngeblend dengan teman-teman sekelas gue. Gue berusaha mencintai kampus gue dan melibatkan diri dalam berbagai organisasi internal kampus. Tapi ternyata susah. Yeahh apa sih yang lo harapkan dari teman-teman lo yang kebanyakan ga niat kuliah dan pelajaran tingkat sangat dasar aja mereka susah mencerna entah karena ga memperhatikan atau karena emang pelajaran itu terasa sulit bagi mereka, sementara gue adalah mantan mahasiswi salah satu universitas negeri dengan jurusan yang passing gradenya cukup tinggi dan harus mengalahkan ribuan orang untuk mendapatkan salah satu kursinya. Gue tekankan yah, gue ga bilang semuanya, ada sebagian mahasiswa yang emang niat kuliah dan emang pinter juga kok di kampus ini.

Haha iya, gue sombong. Tapi gue rasa semua orang emang punya keinginan dasar untuk membuktikan diri kan? Toh ini blog gue, jadi gue bisa numpahin semua sampah di otak gue lah haha.

Aniway mungkin karena gue sombong ini gue jadi ditegur Tuhan. Di kampus gue terkenal pintar, tapi pintar aja kan ga cukup. Gue emang di cap pintar, tapi gue ga beruntung. Gue sangat cuek, which means kebanyakan dosen ga bakal kenal sama gue dan akibatnya, boamm... nilai-nilai gue yang gue haqqul yakin bakalan dapat A tau-tau dikasi B, dan yang nyeseknya lagi malah orang yang nyontek gue yang dapet A, dan yaah begitulah IPK gue tertinggi ke dua di angkatan, yang sampe sekarang sejujurnya gue ga bisa terima karena gue yakin gue lebih baik dari si nomer satu --> masi aja sombong, lol.

Ini kenapa jadi cerita kemana-mana? -__-
Back to topic.

*kemudian baru kepikiran paragraf sebelum-sebelumnya cukup relate kok sama pembahasan sebelumnya*

Gue sendiri jarang menggunakan kata "kita" kalo lagi ngebandingin sesuatu. Gue cenderung menggunakan "aku" karena yaah siapa tau si teman bicara ngerasa kalo keadaan dia ga sama kayak gue.

Contoh kasus.
1. Gue : "Eh si A bodynya hot banget, coba body aku kayak gitu.."
2. Gue : "Gilak dia bisa liburan ke Amerika. Coba aku sekaya itu.."
3.
4.
5.
.......sampe nomer 999999999999~~~

(Capek ngetik karena kalo gue jabarkan daftar iri gue ke orang rasanya bakal bertahun-tahun kemudian blog ini bakal gue post *lebay)

Udah ah. No idea mau ngetik apaan. Ngantuk. Bye :D

Jago Kandang

Sorry postingan ga jelas lagi karena hape kesayangan gue samsung galaxy fit yang gue beli dengan uang gue sendiri (penting) mulai ngehang lagi tiap direstart sehingga gue ga ada hiburan dan kemudian bergantung pada spidi di laptop yang jaringannya juga ilang timbul :'(((

Aniway di postingan ini gue bakal nyeritain beberapa kejadian yang berhubungan sama judul postingan gue.

Kejadian satu; Putri vs Polisi
Belakangan ini jalan-jalan sekitar kota dipenuhi polisi baru ganteng-ganteng dan brondong yang lagi magang. Mereka berdiri di tiap-tiap zebra cross dan menghentikan semua kendaraan yang lewat tiap ada orang yang nyebrang dari pagi sampe malam. Kadang-kadang mereka ditemani polisi yang senior juga. Ah cape ya jadi polisi, panas-panas ujan-ujan, bertugas di jalan raya. Kalo gue mah panas-panas mending ngadem di kamar, ahaha.

Ah langsung ke pokok cerita deh,
“Eh Dek, tau gak. Sejak setahun ini kakak punya motor sendiri, belom pernah loh kakak berurusan sama polisi. Kena razia kek, kena tilang kek, kena marah karena sesuatu kek..” --> sombong
“Iya kak?”
“Ya iyalah, kakak kan taat peraturan lalu lintas. SIM ada, STNK ada, spion dua, lampu idup trus..”

Ini dialog gue pas lagi di motor sama Dedek, sepupu gue. Kita baru balik steam motor dan gue lewat gang Kebun Geran yang pada hari biasanya kalo ada motor yang mau parkir di sekitar toko gue dipersilakan aja melawan arus karena kan kita jalannya di pinggir-pinggir jalan dimana pinggir jalan itu juga parkiran. Mudahnya liat gambar ini deh:
iye gambarnya busuk, maklum cuma pake paint (padahal emang ga bisa gambar)

Tapi reputasi itu tak bertahan lama. Entah kenapa tiba2 di sebelah toko gue ada polisi (bukan yang magang) berdiri di depan parkiran, kayaknya sih sambil ngawasin polisi-polisi muda yang lagi ngatur lalu lintas. Nah pas gue mau parkirin motor di depan toko, gue pelan-pelanin jalan menuju toko karena biasanya kalopun ada polisi mereka biarin aja. Tau-tau :
Polisi : Heh, mau kemana?
Gue : Mau parkir pak, di depan toko saya *nunjuk toko
Polisi : Kamu ini melanggar lalu lintas ya!

Anjrit. Gue deg-degan, jangan-jangan gue mau ditilang nih di depan toko gue sendiri -__-

Gue : Tapi ini toko saya pak, saya mau parkir depan toko aja.. *sok berani
Polisi : Kamu ini ngelawan ya sama polisi!
Gue : Saya ini mau naikin motor langsung ke teras! *udah salah masi nyolot
Polisi : Kamu ini melawan petugas, kamu bisa kena pasal bla bla bla
Gue : (memotong pembicaraan) Ya ya ya, saya parkir disini! *sambil parkir dan buka tutup jok motor dengan kasar.

Kemudian gue jalan ke toko ngomel-ngomel deket polisi itu. Hahaha ampun pak :’(

Err sebenarnya kalo kejadian itu bukan deket toko gue mana berani gue, liat polisi aja gue takut dan sebisa mungkin menghindar. Hmm kecuali polisi bank sebelah yang mukanya mirip artis ituu #ganjen #abaikan #DigetokPajri


Kejadian dua; Putri vs Cowok Lagi Makan Gorengan
Ceritanya lagi beli gorengan di simpang deket toko
Gue : Mbak, tahu udangnya lima yah..
Cowok lagi makan gorengan : Suka tahu udang ya dek?
Gue : (diem sambil nerima gorengan dan jalan pergi)
Cowok lagi makan gorengan : (suit-suit). Fiwuit. Namanya siapa dek? Adek.. Adek.. Sombong banget sih.. Fiww.. Ih belagu nian..
Gue : (berbalik) NAJIS LO!
Cowok lagi makan gorengan : ........................ *terdiam sementara temannya ngeledekin


Kejadian tiga; Putri vs Tukang Parkir
Lagi jalan menuju KFC di ujung jalan, lewat parkiran di pinggir jalan. Ga deket toko gue sih, tapi deket toko sodara gue. Tau-tau ada tukang parkir yang ganjen,
Tukang parkir : Hai cewek sendirian aja.. (decak2in lidah, apa sih istilahnya. Yang bunyi “klak klok” itu loh)
Gue : *diem
Tukang parkir : Mau kemana dek? Abang ikut ya..
Gue : *diem
Tukang parkir : *ngehalang-halangin jalan
Gue : WOI KANJI! INGEK KEK BINI KAU DIRUMAH! (translate : WOI GATEL! INGET SAMA BINI LU DIRUMAH!”

Kemudian tukang parkirnya speechless dan gue melanjutkan perjalanan dengan tenang. Sejak saat itu kalo gue lewat parkiran sana dia ga berani lagi negur gue, kalo kebetulan gue lagi jalan sama mama, gue selalu mendelik ngeliat dia. Wakakaka


Kejadian empat; Putri vs Pegawai Kaki Lima
Jadi 1 toko setelah toko gue ada kaki lima yang jualan jam. Bapak itu mempekerjakan seorang pegawai baru yang ga kenal gue.
Gue : (lagi lewat depan yang jualan jam)
Pegawai jam : Hai.. Adek.. Adek..
Gue langsung berenti di depan etalase dia dan bilang “APA? MAU APA?”

Kemudian jalan lagi ke toko.

Si pegawai baru pun jadi bahan tertawaan penjual kaki lima sekitar toko. Samar-samar gue dengar yang jual jepitan rambut berkata : “Rasain, itu kan anak bos toko sepatu..”

Rasain lu! Liat-liat kalo mau goda orang..


Kejadian Lima; Putri vs Supir Angkot
Jadi di simpang Kebun Geran ada angkot yang suka ngetem. Saat itu gue jalan dari parkiran yang gue bilang tukang parkirnya ganjen tadi bareng Rani, sepupu gue. Rani misah dan mau mesen mie dulu sementara gue jalan pulang. Setibanya di simpang, supir angkot yang lagi giliran muat penumpang ngegoda-godain gue dengan bahasa yang sangat norak dan gue mual nulisnya. Dia pikir gue bakal diem dan tetep jalan. Hohoho salah besar, karena saat itu gue langsung berhenti dan teriak (niatnya sih ga teriak, entah kenapa suara yang keluar jadi teriak) :

“APO SIH KAU! KEKANJIAN NIAN!” (translate : apaan sih lo! Kegatelan amat)

Kemudian si supir angkot langsung ngelawan : “Ya elah segitunya..”
Gue sambil nyebrang langsung ngebalas : “KENAPA EMANG? MASALAH??”
I dont care si supir mau ngumpat atau apa, yang penting gue puas marah-marahin dia di depan orang banyak. Ahahaha

By the way semua kejadian-kejadian itu berlangsung di sekitar toko gue. Iya, gue mana berani kalo jauh dari toko tapi sok berani gitu. Call me jago kandang, whatever. Hahaha
Back to Top